Foto: Edzan Raharjo/detikcom
Yogyakarta - Sanikem (44), warga Kulonprogo DI Yogyakarta ini hanya bisa bersedih. Sudah 3 bulan ini kematian anaknya jadi misteri. Ia mengadu ke LBH Yogyakarta.Anak Sanikem, Nurohim (19) ditemukan dalam kondisi terpotong menjadi 6 bagian. Kasus itu sudah dilaporkan ke polisi, bahkan keluarga sudah meminta jasad diautopsi, tapi hingga saat ini tidak ada perkembangan berarti.
Sanikem yang buta aksara ini mengadu ke LBH Yogyakarta, Kamis (16/1/2014). Ia berharap kasus anaknya bisa terungkap.
"Kulo pun lapor ping sekawan ten Polres Kulonprogo. Nyuwun anak kulo pun autopsi, nanging boten purun soale boten wonten biaya. Nek otopsi kulo pun biaya piyambak (Saya sudah lapor ke Polres Kulonprogo 4 kali. Saya minta jenazah anak saya diautopsi, tapi polisi tidak mau. Karena tidak ada anggaran, kalau mau autopsi disuruh biaya sendiri)," kata Sanikem.
Sanikem mengaku tidak bisa melihat langsung kondisi jasad anaknya karena sudah dikubur. Ia hanya tahu kondisi tubuh anaknya terpotong-potong melalui foto-foto di komputer milik polisi.
Sanikem menceritakan Nurohim datang ke rumah calon istrinya, Alifia Rahamwati, di desa sebelah pada malam takbiran Idul Adha lalu. Saat berada di rumah calon istrinya, sekitar pukul 01.00 ia dijemput paksa 6 pemuda kampung setempat. Pagi harinya, jasad korban ditemukan di pinggir rel kereta api Dusun Kedungsari, Sentolo, 15 Oktober 2013. Karena saat itu tidak ada identitas, jasad korban dimakamkan sekitar 1 km dari lokasi penemuan.
Direktur LBH Yogyakarta Syamsudin Nurseha mengatakan Polres Kulonprogo telah memeriksa 15 saksi, namun hingga 3 bulan berlalu kasus tersebut masih gelap. Polisi beralasan belum mendapatkan bukti-bukti penyebab kematian korban.
"Pada peristiwa pembunuhan, polisi sudah seharusnya melakukan autopsi," kata Syamsuddin.
LBH akan meminta Propam untuk melakukan supervisi terhadap kasus tersebut agar penyidik Polres Kulonprogo tidak main-main. Selain itu, mereka menyurati Kompolnas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar