Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan pertama di Indonesia yang menganut agama Islam. Secara geografis, Kerajaan Samudera Pasai terletak di daerah pantai timur Pulau Sumatera bagian utara yang berdekatan dengan jalur pelayaran perdagangan inter-nasional pada masa itu, yakni Selat Malaka.
Dengan posisi yang sangat strategis ini, Kerajaan Samudera Pasai berkembang men-jadi kerajaan Islam yang cukup kuat pada masa itu. Perkembangan ini juga didukung dengan hasil bumi dari Kerajaan Samudera Pasai seperti lada. Di pihak lain, bandar-bandar dari Kerajaan Samudera Pasai juga dijadikan bandar penghubung (bandar transito) antara para pedagang Islam yang datang dari arah barat dengan para pedagang Islam dari arah timur.
Keadaan seperti inilah yang mengakibatkan Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan yang cukup pesat pada masa itu, baik dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
b. Kehidupan Politik
Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai tidak dapat diketahui dengan pasti. Akan tetapi para ahli berhasil menemukan bukti tentang perkembangan kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Samudera Pasai antara lain:
Nazimuddin al-Kamil. Pendiri Kerajaan Samudera Pasai adalah Nazimuddin al-Kamil, seorang laksamana laut dari Mesir. Pada tahun 1238 M, ia mendapat tugas merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat yang dijadikan tempat pemasaran barang-barang perdagangan dari timur. Nazimuddin al-Kamil juga mendirikan satu kerajaan di Pulau Sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.
Nazimuddin al-Kamil meletakkan dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai dengan berlandaskan hukum-hukum ajaran Islam. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan yang cukup pesat, walaupun secara politis Kerajaan Samudera Pasai berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Setelah berhasil mengalahkan Dinasti Fatimah di Mesir (penganut aliran Syi'ah), Dinasti Mamaluk (penganut aliran Sunni) ingin merebut Samudera Pasai agar dapat menguasai pasaran lada di wilayah timur. Dinasti Mamaluk mengirim Syekh Ismail yang bersekutu dengan Marah Silu (keturunan Marah Pasai). Mereka berhasil merebut Kerajaan Samudera Pasai, dan Marah Silu diangkat sebagai raja dengan gelar Sultan Malikus Shaleh. (Malik al-Saleh)
Sultan Malikul Saleh memerintah Samudera Pasai dari tahun 1285-1297 M. Sultan yang semula menganut aliran Syi'ah itu akhirnya berbalik menganut aliran Sunni, seperti Dinasti Mamaluk..Perkawinan Sultan Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari memperkuat kedudukannya di timur Aceh. Sehingga kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan di selat Malaka.
Sultan Malikul Thahir Setelah Sultan Malikul Saleh wafat, tahta kerajaan beralih pada putranya yang bergelar Sultan Malikul Thahir (Malik Al-Thahir). Pada masa kekuasaannya (1297-1326), terjadi peristiwa penting di Kerajaan Samudera Pasai saat putra Sultan Malikul Saleh yang bernama Abdullah memisahkan diri ke daerah Aru (Barumun) dan bergelar Sultan Malikul Mansur. la kembali kepada aliran yang semula yaitu aliran Shiah.
Ketika Kerajaan Malaka muncul dan berkembang sebagai pusat perda-gangan di Selat Malaka, kedudukan Kerajaan Samudera Pasai sebagai daerah perdagangan mulai redup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar