Senin, 19 Agustus 2013

Ini Dia Aset Kongsi Bisnis Gembong Narkoba Freddy Budiman

Jakarta - Seks bebas di LP, memakai narkotika, menyuap aparat, sampai dengan membangun pabrik sabu di LP Narkotika Cipinang, Jakarta Timur. Sederet ulah yang dilakukan Freddy Budiman, gembong 1,4 juta ekstasi asal China yang divonis mati pengadilan.

Seluruh ulahnya itu dia kendalikan dengan sejumlah uang yang dia dapat selama mengedarkan barang haram. Namun, belum ada kejelasan mengenai pengusutan kekayaan lelaki asal Surabaya.

Ada yang menarik dari rekam jejak sindikat bisnis narkotika Freddy. Salah seorang pengusaha klab malam di Jakarta yang tertangkap saat impor 400 ribu ekstasi oleh Direktorat Narkoba Polri, ternyata berkongsi bisnis pil setan dengan Freddy, Colbert Mangara Tua alias Hariman Siregar alias Robert alias Jefri Siregar.

Colbert, merupakan aktivis partai politik. Di Blora dia memegang jabatan ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC). Namanya santer dikenal warga. Maklum saja, selain sebagai anggota dewan, Colbert juga dikenal. Mundur kursi dewan di Blora, warga mengenalnya sebagai juragan taksi di Jakarta.

Tengok saja kekayaan pria yang beralamat di Desa Nglobo, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora ini, tersebar di beberapa titik di Blora Jawa Tengah. Rumah dengan luas sekitar 500 meter persegi dengan dua lantai yang berada di Jl Veteran, Kelurahan Bangkle, belum rampung benar dari pembangunan. Diperkirakan rumah tersebut baru 80 persen pengerjaannya.

Berbeda dengan rumah yang dimilikinya di Desa Nglobo. Meski luasnya hampir sama dengan lokasi sebelumnya, rumah itu tampak luas dan memiliki satu lantai saja. Pagar setinggi tiga meter mengelilingi rumah tersebut.

Tidak jauh dari kediamannya itu, Robert memiliki sarang burung walet dengan bangunana seluas 500-an meter persegi. Bangunan itu memiliki dua lantai dengan dinding tanpa dibalur cat. Usahanya itu diperkirakan baru dia lakukan di tahun 2012. Namun, seluruh aset kekayaan yang dimiliki sudah ada sejak dia belum memiliki usaha burung walet

Selain itu, Robert memiliki tanah yang luasnya diperkirakan 1.000 meter persegi. Dia juga membeli rumah di kawasan elit Bukit Semarang Baru (BSB) dari rekan satu partainya. Rumah tersebut seharga Rp 1,5 miliar. Tidak hanya di Jawa Tengah. Dia juga menyebar asetnya di wilayah Ciputat. Di wilayah tersebut Robert membangun semacam kosan dengan jumlah 100 pintu.

Selama perjalanan bisnisnya, Robert dikenal licin. Meski saat dikepung aparat di dalam sebuah restoran di Cikini, entah bagaimana dia dapat lolos dar sergapan petugas. Sumber detikcom menceritakan, Robert dikenal sebagai tukang 'sawer' ke aparat untuk mengamankan bisnis haramnya itu.

Lalu, bagaimana dengan aset Freddy Budiman?

Badan Narkotika Nasional (BNN) mengaku masih mendalami aset yang dimiliki Freddy. Freddy dikenal lihai dalam mengelola asetnya dan menghindari pantauan kecurigaan transaksi. "Pengusutan kasus pencucian uang Freddy masih dalam proses penyelidikan," kata Kombes Sundari, Direktur Pengawasan Tahanan, dan Barang Sitaan (Wastahbaset) BNN, beberapa waktu lalu.

Dari delapan tersangka kasus 1,4 juta ekstasi, hanya satu tersangka yang hingga saat ini belum maju ke persidangan. Berkasnya terhitung lima kali mondar-mandir di kejaksaan. Dia adalah adik kandung Freddy Budiman, Johni Suherman.

Johni diduga sebagai pengelola aset yang dimiliki kakaknya selama menjalankan bisnis dari balik penjara.

Pemberantasan narkotika tidak hanya sekadar menonjolkan action penangkapan bak film Holywood. Penyelidikan menyeluruh sesuai amanat UU No. 8/2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) tentu diperlukan untuk mengetahui siapa-siapa saja penerima uang panas narkotika. Dan tak kalah penting, memiskinkan bandar agar tidak ada ruang lagi untuk menyebar pil setan di masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar