Jakarta - Seks bebas di LP, memakai narkotika, menyuap
aparat, sampai dengan membangun pabrik sabu di LP Narkotika Cipinang,
Jakarta Timur. Sederet ulah yang dilakukan Freddy Budiman, gembong 1,4
juta ekstasi asal China yang divonis mati pengadilan.
Seluruh
ulahnya itu dia kendalikan dengan sejumlah uang yang dia dapat selama
mengedarkan barang haram. Namun, belum ada kejelasan mengenai pengusutan
kekayaan lelaki asal Surabaya.
Ada yang menarik dari rekam jejak
sindikat bisnis narkotika Freddy. Salah seorang pengusaha klab malam di
Jakarta yang tertangkap saat impor 400 ribu ekstasi oleh Direktorat
Narkoba Polri, ternyata berkongsi bisnis pil setan dengan Freddy, Colbert Mangara Tua alias Hariman Siregar alias Robert alias Jefri Siregar.
Colbert,
merupakan aktivis partai politik. Di Blora dia memegang jabatan ketua
Dewan Pimpinan Cabang (DPC). Namanya santer dikenal warga. Maklum saja,
selain sebagai anggota dewan, Colbert juga dikenal. Mundur kursi dewan
di Blora, warga mengenalnya sebagai juragan taksi di Jakarta.
Tengok
saja kekayaan pria yang beralamat di Desa Nglobo, Kecamatan Jiken,
Kabupaten Blora ini, tersebar di beberapa titik di Blora Jawa Tengah.
Rumah dengan luas sekitar 500 meter persegi dengan dua lantai yang
berada di Jl Veteran, Kelurahan Bangkle, belum rampung benar dari
pembangunan. Diperkirakan rumah tersebut baru 80 persen pengerjaannya.
Berbeda
dengan rumah yang dimilikinya di Desa Nglobo. Meski luasnya hampir sama
dengan lokasi sebelumnya, rumah itu tampak luas dan memiliki satu
lantai saja. Pagar setinggi tiga meter mengelilingi rumah tersebut.
Tidak
jauh dari kediamannya itu, Robert memiliki sarang burung walet dengan
bangunana seluas 500-an meter persegi. Bangunan itu memiliki dua lantai
dengan dinding tanpa dibalur cat. Usahanya itu diperkirakan baru dia
lakukan di tahun 2012. Namun, seluruh aset kekayaan yang dimiliki sudah
ada sejak dia belum memiliki usaha burung walet
Selain itu,
Robert memiliki tanah yang luasnya diperkirakan 1.000 meter persegi. Dia
juga membeli rumah di kawasan elit Bukit Semarang Baru (BSB) dari rekan
satu partainya. Rumah tersebut seharga Rp 1,5 miliar. Tidak hanya di
Jawa Tengah. Dia juga menyebar asetnya di wilayah Ciputat. Di wilayah
tersebut Robert membangun semacam kosan dengan jumlah 100 pintu.
Selama
perjalanan bisnisnya, Robert dikenal licin. Meski saat dikepung aparat
di dalam sebuah restoran di Cikini, entah bagaimana dia dapat lolos dar
sergapan petugas. Sumber detikcom menceritakan, Robert dikenal sebagai
tukang 'sawer' ke aparat untuk mengamankan bisnis haramnya itu.
Lalu, bagaimana dengan aset Freddy Budiman?
Badan
Narkotika Nasional (BNN) mengaku masih mendalami aset yang dimiliki
Freddy. Freddy dikenal lihai dalam mengelola asetnya dan menghindari
pantauan kecurigaan transaksi.
"Pengusutan kasus pencucian uang Freddy masih dalam proses
penyelidikan," kata Kombes Sundari, Direktur Pengawasan Tahanan, dan
Barang Sitaan (Wastahbaset) BNN, beberapa waktu lalu.
Dari
delapan tersangka kasus 1,4 juta ekstasi, hanya satu tersangka yang
hingga saat ini belum maju ke persidangan. Berkasnya terhitung lima kali
mondar-mandir di kejaksaan. Dia adalah adik kandung Freddy Budiman, Johni Suherman.
Johni diduga sebagai pengelola aset yang dimiliki kakaknya selama menjalankan bisnis dari balik penjara.
Pemberantasan
narkotika tidak hanya sekadar menonjolkan action penangkapan bak film
Holywood. Penyelidikan menyeluruh sesuai amanat UU No. 8/2010 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) tentu diperlukan untuk mengetahui
siapa-siapa saja penerima uang panas narkotika. Dan tak kalah penting,
memiskinkan bandar agar tidak ada ruang lagi untuk menyebar pil setan di
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar